Credibility atau dalam Bahasa Indonesia dialihbahasakan dengan kredibilitas bermakna keterpercayaan. Dalam public speaking, keterpercayaan menjadi salah satu kunci penting yang harus dimiliki oleh komunikator. Keterpecayaan ini hadir seiring hadirnya kepercayaan dalam diri komunikan saat bertemu dan mendengarkan komunikator menyampaikan pembicaraannya baik dalam wujud orasi, ceramah, kuliah, khutbah dan sebagainya. Bertemunya kredibilitas komunikator dan kepercayaan komunikan akan menghasilkan komunikasi yang efektif karena adanya rasa saling percaya.
Lalu bagaimana cara komunikator memiliki keterpercayaan? Setidaknya ada tiga hal yang menghadirkan keterpercayaan komunikan: pertama, popularitas; kedua, kapasitas keahlian, dan; ketiga, track record atau rekam jejaknya di ruang publik.
Seorang komunikator yang merupakan publik figur, misalnya pejabat, tokoh masyarakat, atau artis lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari komunikan dari pada komunikator yang sama sekali tidak dikenal publik. Jika seseorang tersebut bisa dipercaya dengan keahlian yang dimilikinya tentu keterpecayaan komunikan akan hadir. Ketika sebuah acara mengundang seorang publik figur, atensi dan minat calon komunikan untuk menghadiri acara tersebut lebih tinggi dibanding yang tidak dikenal. Ini dipengaruhi populeritas komunikator.
Namun, tentunya tidak cukup hanya popular. Seiring hadirnya internet dan teknologi informasi, sosok profil komunikator cukup mudah diketahui oleh komunikan. Dengan akses informasi dan teknologi informasi akan cepat diketahui keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Ketika ia akan berbicara tentang topik yang sebenarnya tidak dia kuasai, tentu akan menghadirkan keraguan komunikan yang cukup kritis dan mencari tahu profil komunikator. Keraguan ini adalah pintu masuk dari hilangnya keterpercayaan komunikan.
Selain keahlian yang dimiliki, keterpercayaan komunikan akan hadir seiring rekam jejak baik yang dimiliki komunikator. Seorang komunikator yang merupakan politisi misalnya, ketika ia konsisten dengan pandangan yang ia lontarkan tentang sebuah isu, maka ia akan selalu diundang untuk berbicara isu tersebut. Namun sebaliknya, jika pandangannya berbolak balik yang itu mudah diketahui dari rekam jejaknya di dunia maya, maka akan sulit mendapatkan keterpercayaan publik karena rekam jejaknya tersebut. Pun dengan figur yang kontroversial, sering melontarkan provokasi dan sebagainya tentu akan tidak menghadirkan keterpercayaan komunikan, meski memiliki populeritas dan keahlian tentang sebuah isu.
Salam,