Name : Yoga Dwitama
Tentunya, persiapan adalah hal yang krusial dalam menjalani sebuah kegiatan atau aktivitas terutama dalam melakukan sebuah pidato. Banyak tokoh-tokoh hebat atau pembicara umum dapat melakukan orasi dan pidato nya secara lancar, lugas, dan bahkan tampak menakjubkan seperti di hadapan umum, sebut saja Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarin dan pembicara dunia seperti Tony Robbins. Masuk ke dalam benak pertanyaan kita, “Bagaimana mereka melakukannya?”. Mungkin satu dari hal lain jawabannya adalah persiapan. Ya, persiapan. Bahkan seorang tokoh dunia pun perlu melakukan persiapan diri seperti latihan sebelum mereka melakukan speech di hadapan umum.
Mulai dari hal yang paling mendasar dalam melakukan persiapan sebelum melakukan speech, yaitu persiapan mental. Seseorang yang akan melakukan speech, hendaknya melakukan persiapan mental seperti mengenali audiens dengan siapa mereka berbicara nantinya. Hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri kita untuk mengetahui bagaimana kita bersikap di hadapan para audiens. Hal ini terdengar klise tetapi sangat penting, Karena apa yang kita pikirkan itu akan di proses melalui tindakan. Setiap Coach Public Speaking selalu menyarankan untuk menggunakan pernafasan perut, karena dengan pernafasan perut pasokan oksigen akan lebih banyak dan kita bisa berpikir lebih jernih. Dengan begitu anda akan merasa percaya diri karena otak anda akan merasa bahwa itu bukan kali pertamanya, tetapi merupakan sebuah pengulangan dan itu adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan. Jadi, rasa takut itu pun akan berkurang seiring dengan latihan.
Hal kedua ialah, coba untuk menarik minat perhatian audiens. Seseorang yang akan melakukan speech bisa menyiapkan joke, humor, kisah (story), statistik, definisi, kutipan, pertanyaan retoris, atau fakta mencengangkan agar para Audience Anda tidak merasa bosan, jenuh. Hal ini diharapkan dapat membangun antusiasme audiens di tengah berjalannya sebuah speech.
Hal yang ketiga ialah, coba untuk melakukan interasi kepada para audiens. Otak manusia tidak secara alami berkembang untuk belajar melalui pengajaran. Kenyataannya, Laboratorium National Training mengemukakan apa yang dikenal sebagai “Piramida Pembelajaran”. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa manusia mendapatkan:
• 5% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari sebuah pengajaran (misalnya di universitas atau sekolah)
• 10% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari membaca (buku atau artikel)
• 20% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari audio-visual (misalnya aplikasi, video)
• 30% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari demontrasi
• 50% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari terlibat dalam diskusi grup
• 75% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari praktek langsung
• 90% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka langsung menggunakannya atau mengajari orang lain
Ini berarti sehebat apapun presentasimu, jika para penonton tidak belajar dari interaksi atau terlibat langsung, mereka hanya akan mendapatkan sebagian kecil dari apa yang kamu sampaikan.