Continuity and consistency jika diterjemahkan menjadi kontinyuitas dan konsistensi yang dalam komunikasi bermakna bahwa pesan/berita seharusnya berlangsung terus, berkesinambungan dan tidak saling bertentangan. Pesan yang berlangsugn terus artinya pesan tidak terputus-putus dan berlangsung konstan. Inti pesan yang disampaikan oleh komunikator ke komunikan tidak berubah-ubah/tetap. Jika pesan yang disampaikan inkonsisten atau berubah-rubah maka komunikan juga akan gagal menangkap pesan yang disampaikan komunikator.
Articles
Clarity bermakna kejelasan. Maksudnya, komunikator harus menyampaikan pesannya secara jelas sehingga tercapailah tujuan komunikasi dengan sampainya pesan kepada komunikan. Tanpa kejelasan pesan komunikator tentu komunikan akan kesulitan menangkap dengan baik dan gagallah proses komunikasi dalam public speaking.
Kejelasan pesan ini memenuhi setidaknya tiga hal: pertama, kejelasan bahasa; kedua, kejelasan istilah; dan ketiga, kejelasan nada dan intonasi.
Kejelasan bahasa maksudnya adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator harus menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh komunikan. Jika menggunakan bahasa asing ataupun daerah misalnya, komunikan harus dipastikan juga mampu menggunakan bahasa yang sama. Bahasa asing dan daerah yang terkadang diucapkan komunikator secara sepotong-potong, jika tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia misalnya terkadang menghadirkan terputusnya pesan kepada komunikan.
Content atau konten dalam komunikasi bermakna maksud atau isi pesan. Artinya, komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan dalam hal ini komunikan dapat memahami maksud komunikator sehingga komunikator merasa puas karena pesannya tersampaikan dengan baik kepada komunikannya. Dalam komunikasi konten menjadi bagian paling penting karena hakikatnya konten inilah inti dari proses komunikasi. Bisa jadi komunikator menyampaikan kepada komunikan sebuah pesan dengan berbagai metode, namun esensi yang paling penting adalah sampainya pesan tersebut kepada komunikan.
Context atau konteks, bermakna pertalian. Maksudnya komunikasi dapat terjadi kalau situasi dan kondisi setempat tidak ada gangguan antara komunikator dengan komunikan serta sarana atau media komunikasi saling berkaitan. Tempat yang kondusif untuk komunikasi menjadi kunci penting terjalinnya komunikasi efektif dalam public speaking. Tanpa tempat yang kondusif, komunikator akan kesulitan menyampaikan pesannya dengan baik kepada komunikan, pun sebaliknya komunikan juga akan kesulitan menangkap pesan komunikator kepadanya.
Credibility atau dalam Bahasa Indonesia dialihbahasakan dengan kredibilitas bermakna keterpercayaan. Dalam public speaking, keterpercayaan menjadi salah satu kunci penting yang harus dimiliki oleh komunikator. Keterpecayaan ini hadir seiring hadirnya kepercayaan dalam diri komunikan saat bertemu dan mendengarkan komunikator menyampaikan pembicaraannya baik dalam wujud orasi, ceramah, kuliah, khutbah dan sebagainya. Bertemunya kredibilitas komunikator dan kepercayaan komunikan akan menghasilkan komunikasi yang efektif karena adanya rasa saling percaya.
Komunikasi telah terlalu sering menjadi ‘tersangka’ dalam terganggunya proses pengiriman pesan dari pengirim (komunikator) ke penerima (komunikan). Minggu lalu kita telah membahas sebuah situasi di mana komunikator mungkin saja adalah ‘tersangka’nya. Kali ini, kita akan mengulas bagaimana cara menjadi komunikator yang baik agar tercipta komunikasi yang efektif.
Sesekali cobalah bertanya pada lawan bicara kita, apakah kita telah berbicara cukup jelas. Apakah kita telah mengucapkan “Aku gak suka” dengan jelas, atau jangan-jangan terdengar seperti mengucapkan “Auga suka”? Bayangkan apabila kita mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang kita inginkan dan pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik karena artikulasi kita yang kurang baik, maka meruginya kita. Mari kita praktekkan. Coba kita rekam suara kita membacakan sebuah cerita atau pidato. Sudah jelas kah? Cara ini adalah cari paling mudah untuk mengukur sendiri kejelasan artikulasi kita. Apabila belum terlalu jelas, cobalah untuk memainkan kecepatan berbicara dan nada suara.
“Pedas ya, Mas!”
“Saya ulang pesanannya ya Mbak, nasi goreng seafood pedas satu”
Percakapan itu terdengar dari meja nomor lima antara pengunjung dan pelayan di sebuah rumah makan. Tak lama kemudian, sepiring nasi goreng seafood disajikan di hadapan perempuan itu. Sebuah kernyitan di dahi menjadi ekspresi pertama darinya setelah suapan yang pertama. ‘Pedas’ yang ia maksudkan tidak sesuai dengan ‘pedas’ yang ia dapatkan.
***
Seringkali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita telah menyampaikan sebuah pesan dengan sebaik mungkin kepada seseorang. Misalnya saat melakukan order di rumah makan, pelayan akan mengonfirmasi ulang pesanan kita sebagai tanda ia mengerti apa yang kita mau. Namun demikian saat pesanan datang, feedback yang kita dapatkan ternyata tidak sesuai. Kondisi itu telah dirangkum Robert McCloskey dalam untaian katanya yang terkenal: