Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Sekolah Vokasi
Public Speaking
  • Beranda
  • Yoga Dwitama
  • Yoga Dwitama
Arsip:

Yoga Dwitama

Persiapan Sebelum Melakukan Speech; Pengalaman Yoga Dwitama

articles Sunday, 26 April 2020

Name : Yoga Dwitama

Tentunya, persiapan adalah hal yang krusial dalam menjalani sebuah kegiatan atau aktivitas terutama dalam melakukan sebuah pidato. Banyak tokoh-tokoh hebat atau pembicara umum dapat melakukan orasi dan pidato nya secara lancar, lugas, dan bahkan tampak menakjubkan seperti di hadapan umum, sebut saja Menteri Pendidikan Indonesia, Nadiem Makarin dan pembicara dunia seperti Tony Robbins. Masuk ke dalam benak pertanyaan kita, “Bagaimana mereka melakukannya?”. Mungkin satu dari hal lain jawabannya adalah persiapan. Ya, persiapan. Bahkan seorang tokoh dunia pun perlu melakukan persiapan diri seperti latihan sebelum mereka melakukan speech di hadapan umum.
Mulai dari hal yang paling mendasar dalam melakukan persiapan sebelum melakukan speech, yaitu persiapan mental. Seseorang yang akan melakukan speech, hendaknya melakukan persiapan mental seperti mengenali audiens dengan siapa mereka berbicara nantinya. Hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri kita untuk mengetahui bagaimana kita bersikap di hadapan para audiens. Hal ini terdengar klise tetapi sangat penting, Karena apa yang kita pikirkan itu akan di proses melalui tindakan. Setiap Coach Public Speaking selalu menyarankan untuk menggunakan pernafasan perut, karena dengan pernafasan perut pasokan oksigen akan lebih banyak dan kita bisa berpikir lebih jernih. Dengan begitu anda akan merasa percaya diri karena otak anda akan merasa bahwa itu bukan kali pertamanya, tetapi merupakan sebuah pengulangan dan itu adalah hal yang sudah menjadi kebiasaan. Jadi, rasa takut itu pun akan berkurang seiring dengan latihan.
Hal kedua ialah, coba untuk menarik minat perhatian audiens. Seseorang yang akan melakukan speech bisa menyiapkan joke, humor, kisah (story), statistik, definisi, kutipan, pertanyaan retoris, atau fakta mencengangkan agar para Audience Anda tidak merasa bosan, jenuh. Hal ini diharapkan dapat membangun antusiasme audiens di tengah berjalannya sebuah speech.
Hal yang ketiga ialah, coba untuk melakukan interasi kepada para audiens. Otak manusia tidak secara alami berkembang untuk belajar melalui pengajaran. Kenyataannya, Laboratorium National Training mengemukakan apa yang dikenal sebagai “Piramida Pembelajaran”. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa manusia mendapatkan:
• 5% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari sebuah pengajaran (misalnya di universitas atau sekolah)
• 10% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari membaca (buku atau artikel)
• 20% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari audio-visual (misalnya aplikasi, video)
• 30% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari demontrasi
• 50% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari terlibat dalam diskusi grup
• 75% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka belajar dari praktek langsung
• 90% dari apa yang mereka pelajari ketika mereka langsung menggunakannya atau mengajari orang lain
Ini berarti sehebat apapun presentasimu, jika para penonton tidak belajar dari interaksi atau terlibat langsung, mereka hanya akan mendapatkan sebagian kecil dari apa yang kamu sampaikan.

Yang keempat yakni, penutupan. Cobalah untuk menyimpulkan inti pembicaraan anda dari hasil kegiatan speech yang anda lakukan, seperti mengambil inti pembicaraan dari materi dan tidak perlu panjang. Kalimat ajakan, seruan, atau kalimat-kalimat yang dapat membangkitkan semangat para audiens nya untuk bersama-sama membangun sesuatu yang Anda bahas pada topik tersebut, atau bisa juga dengan sebuah kalimat perjanjian antara Anda dan Audience Anda.
Hal yang saya dapatkan dari melakukan speech secara online kemarin ialah, yang pertama ialah mencoba untuk memvisualisasikan seperti apa audiens saya apakah konteks acara tersebut formal atau informal. Lalu, saya coba untuk merangkai penggunaan kalimat yang baik dan tepat untuk disampaikan kepada para audiens saya. Penggunaan intonasi nada yang tepat juga mesti diperhatikan agar para pendengarnya dapat memahami secara menyeluruh terhadap inti pembicaraan yang telah kita lakukan di atas panggung.

Meningkatkan Rasa Percaya Diri Ketika Melakukan Public Speaking

articles Wednesday, 4 December 2019

https://pixabay.com/id/illustrations/berbicara-di-depan-umum-pembicara-3159217/

Tampil percaya diri saat berbicara di hadapan publik adalah salah satu indikator keberhasilan dalam melakukan public speaking. Menampilkan rasa percaya diri di hadapan publik juga tentunya akan menambah kesan hebat di mata para audiens nya. Contohnya, bapak proklamator kemerdekaan Indonesia, yakni Ir.Soekarno. Tampak tegas, gagah, berani, dan lantang dalam menyampaikan orasi politiknya di hadapan jutaan masyarakat umum. Siapapun yang mendengar, akan hanyut terbawa dalam isi dan maksud pesan yang disampaikan oleh beliau. Percaya diri juga mampu memberikan pengaruh yang signifikan kepada para pendengarnya dalam memahami kejelasan oleh pembicaranya. Namun, apakah yakin semua orang bisa tampil percaya diri ketika berbicara di hadapan banyak orang?.

Sesekali, kita pasti pernah dihadapkan pada kondisi dimana kita harus berbicara di hadapan banyak orang, entah itu telah dipersiapkan terlebih dahulu ataupun tidak. Rasa grogi atau tidak percaya diri itu tiba-tiba muncul dalam pikiran dan suasana yang kita rasakan. Perasaan tersebut semakin lama mebuat perasaan kita semakin panik, tidak tenang, dan kehilangan fokus saat mempersiapkan diri sebelum melakukan public speaking.

Memaknai rasa kepercayaan diri secara psikologi menurut para ahli, seperti Hambly ( 1992 ) berpendapat bahwa kepercayaan diri diartikan sebagai keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mampu menagani segala situasi dengan tenang, kepercayaan diri lebih banyak berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain. Tidak merasa inferior di hadapan siapapun dan tidak merasa canggung apabila berhadapan dengan banyak orang.

Sedangkan menurut ahli bernama Anthony ( 1992 ), kepercayaan diri yaitu sikap pada diri seseorang yang dapat/bisa menerima kenyataan, mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang di inginkan.

Berkaca pada pendapat para ahli, yang pertama perlu kita persiapkan dalam melakukan public speaking ialah membangun kesadaran diri dalam berpikir postif. Maksudnya adalah menganalisa dan mengidentifikasi kemampuan batas diri terhadap situasi yang sedang dihadapi secara realistis. Contohnya, pembicara harus sadar dan jujur terhadap situasi apa yang akan mereka hadapi seperti target audiens dan materi apa yang akan disampaikannya. Lalu, berpikir postif sebelum dan saat berada di atas panggung. Berpikir postif akan membantu kita dalam bersikap tenang dan berkonsentrasi terhadap pesan yang sedang kita sampaikan. Karena pada intinya, tugas seorang public speaker ialah memastikan para audiensnya memahani apa yang baru saja di bahas pada sesi tersebut.

Dalam melakukan public speaking, seseorang yang ketakutan akan tampak terlihat gugup, panik, dingin, pucat, dan bingung di mata para audiensnya. Hal ini disebabkan karena banyak diantara para pembicara yang melakukan pernapasan secara pendek atau setengah-setengah dengan pernapsan dada sebagai bentuk refleks dari rasa takut itu sendiri. Secara logika, pernapasan dada tidak dapat menarik oksigen secara maksimal, karena organ-organ tubuh bagian dalam seperti usus dan lambung akan menutupi paru-paru. Yang paling parah, oksigen tidak masuk ke bagian otak sehingga menciptakan rasa kebingungan dalam berpikir. Mulailah dengan menghirup udara dari dalam hidung secara dalam-dalam dan gunakan pernapasan perut.

Yang terakhir, cobalah berpakaian menarik saat melakukan public speaking. Menarik bukan berarti harus berpakaian mahal dan trendy, tetapi menyesuaikan dengan kepribadian para pembicaranya dan situasi yang akan dihadapinya seperti berpakaian rapi formal ataupun non-formal. Berpakaian menarik akan menampilkan rasa percaya diri kepada para pemakainya dan mempengaruhi rasa ketertarikan para audiensnya.

 

Universitas Gadjah Mada

Alamat Instansi
Nomor Telepon Instansi
Email Instansi

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY