Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Sekolah Vokasi
Public Speaking
  • Beranda
  • Pos oleh
  • page. 3
Pos oleh :

yoga.dwi.j

Komunikasi Efektif: Menjadi Komunikator yang Baik

articles Tuesday, 3 September 2019

Nabilla Kusuma Vardhani

Komunikasi telah terlalu sering menjadi ‘tersangka’ dalam terganggunya proses pengiriman pesan dari pengirim (komunikator) ke penerima (komunikan). Minggu lalu kita telah membahas sebuah situasi di mana komunikator mungkin saja adalah ‘tersangka’nya. Kali ini, kita akan mengulas bagaimana cara menjadi komunikator yang baik agar tercipta komunikasi yang efektif.

Sesekali cobalah bertanya pada lawan bicara kita, apakah kita telah berbicara cukup jelas. Apakah kita telah mengucapkan “Aku gak suka” dengan jelas, atau jangan-jangan terdengar seperti mengucapkan “Auga suka”? Bayangkan apabila kita mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang kita inginkan dan pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik karena artikulasi kita yang kurang baik, maka meruginya kita. Mari kita praktekkan. Coba kita rekam suara kita membacakan sebuah cerita atau pidato. Sudah jelas kah? Cara ini adalah cari paling mudah untuk mengukur sendiri kejelasan artikulasi kita. Apabila belum terlalu jelas, cobalah untuk memainkan kecepatan berbicara dan nada suara.

Selain memperjelas artikulasi, penting bagi kita untuk mendeskripsikan apa yang kita maksud. Biasakan untuk menjadi seseorang yang detail dalam menjelaskan sesuatu. Apabila kita ingin dibelikan air mineral, jelaskan secara deskriptif mengenai merk dan ukuran apa yang kita mau. Dengan mendeskripsikan, kita mempermudah orang yang kita ajak bicara sekaligus meminimalisasi kesalahan pembelian yang diakibatkan oleh komunikasi yang kurang efektif.

Selanjutnya, buatlah nyaman orang yang kita ajak bicara agar pesan kita diterima dengan baik. Saat kita menjadi komunikator, jadilah komunikator yang memiliki empati yang tinggi terhadap yang kita ajak bicara. Seorang pembicara yang baik tidak akan memberikan materi kepada audiens yang mengantuk sebelum membuat mereka merasa nyaman. Caranya bermacam-macam; bisa dengan memberikan games, gerakan unik, suara yang memotivasi, dan sebagainya. Dalam lingkup personal, senyum, kata ‘tolong’ dan terima kasih, tatapan mata, dan sebutan nama dapat membuat komunikan merasa nyaman dan lebih siap menerima apa yang akan kita bicarakan.

Dengan menjadi komunikator yang memiliki artikulasi yang jelas dan mampu mendeskripsikan pesan kita dengan baik serta ditambah dengan kemampuan membuat nyaman, kita akan mengurangi potensi miskomunikasi yang seringkali menjadi isu dalam pertukaran pesan.

Selamat mencoba menjadi komunikator yang baik!

 

Cheers,

Nabilla Kusuma Vardhani

Berkenalan dengan Seni Berkomunikasi

articles Tuesday, 3 September 2019

Nabilla Kusuma Vardhani

“Pedas ya, Mas!”

“Saya ulang pesanannya ya Mbak, nasi goreng seafood pedas satu”

Percakapan itu terdengar dari meja nomor lima antara pengunjung dan pelayan di sebuah rumah makan. Tak lama kemudian, sepiring nasi goreng seafood disajikan di hadapan perempuan itu. Sebuah kernyitan di dahi menjadi ekspresi pertama darinya setelah suapan yang pertama. ‘Pedas’ yang ia maksudkan tidak sesuai dengan ‘pedas’ yang ia dapatkan.

***

Seringkali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita telah menyampaikan sebuah pesan dengan sebaik mungkin kepada seseorang. Misalnya saat melakukan order di rumah makan, pelayan akan mengonfirmasi ulang pesanan kita sebagai tanda ia mengerti apa yang kita mau. Namun demikian saat pesanan datang, feedback yang kita dapatkan ternyata tidak sesuai. Kondisi itu telah dirangkum Robert McCloskey dalam untaian katanya yang terkenal:

I know that you believe that you understood what you think I said, but I am not sure you realize that what you heard is not what I meant.
– Robert McCloskey

Dalam seni berkomunikasi, setidaknya ada empat perangkat yang bekerja yakni pengirim pesan (communicator), penerima pesan (communicant), pesan (message), dan media. Yang sering terjadi adalah ketika komunikator menyampaikan A, komunikan menangkapnya menjadi A- atau bahkan malah B. Ketidaksinkronan interpretasi semacam ini dijelaskan McCloskey dalam empat asumsi:

Asumsi komunikator menjelaskan bahwa komunikator memiliki kemampuan yang berbeda-dalam dalam menyampaikan pesan. Ada yang senang mendeskripsikan dengan detail yang baik, namun ada pula yang lebih senang praktis. Tak jarang ada pula yang kurang mampu menjelaskan apa yang ada di dalam benaknya. Apabila komunikator tidak mampu berkomunikasi dengan baik, maka, yang terjadi ialah kecacatan dalam memberikan sebuah pesan.

Yang ke dua adalah asumsi komunikan, berkaitan dengan interpretasi manusia yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pedas yang dimaksud pengunjung, pelayan, dan chef belum tentu sama. Interpretasi terhadap rasa pedas ini akan sangat tergantung pada field of experience dari masing-masing orang. Saat komunikator menyatakan “aku ingin bunga yang lebih besar”, ada komunikan yang menangkapnya sebagai bunga secara literal, namun ada juga yang memaknainya sebagai bunga bank. Di sini, intelligence level menjadi alasan perbedaan interpretasi komunikan yang satu dengan lainnya.

Kemudian, ada asumsi pesan yang meyakini bahwa pesan berupa informasi merupakan hal yang abstrak. Sifatnya tidak nyata dan cukup sulit untuk dijelaskan sesuai dengan yang dimaksudkan komunikator. Dalam film “Jagad X Code” beberapa tahun yang lali, flash disk menjadi pesan yang diperdebatkan oleh baik komunikator maupun komunikan yang sama-sama tidak memiliki gambaran mengenai apa itu flash disk.

Terakhir asumsi media, yaitu keyakinan bahwa penggunaan media kadang diperlukan dalam penyampaian pesan. Ada banyak sekali media dan media dalam media yang bisa membantu seseorang untuk mengirim dan menangkap pesan dengan lebih baik. Namun demikian, ada kalanya muncul noise atau gangguan yang menghambat kinerja media ini.

Lalu bagaimana cara meminimalisasi agar komunikasi terjadi dengan baik antara komunikasi dan komunikan? Minggu depan kita akan bertemu lagi dalam ulasan mengenai tips untuk berkomunikasi efektif sebagai komunikator agar kita dapat membicarakan pedas yang sama. ☺

 

Cheers,

Nabilla Vardhani

Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.

inspiring public speakers Tuesday, 3 September 2019

Direktur Jendral Pendidikan Sekolah Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=zgzgjqqN8pk[/embedyt]

123
Universitas Gadjah Mada

Alamat Instansi
Nomor Telepon Instansi
Email Instansi

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY