Komunikasi Efektif: Menjadi Komunikator yang Baik

Nabilla Kusuma Vardhani

Komunikasi telah terlalu sering menjadi ‘tersangka’ dalam terganggunya proses pengiriman pesan dari pengirim (komunikator) ke penerima (komunikan). Minggu lalu kita telah membahas sebuah situasi di mana komunikator mungkin saja adalah ‘tersangka’nya. Kali ini, kita akan mengulas bagaimana cara menjadi komunikator yang baik agar tercipta komunikasi yang efektif.

Sesekali cobalah bertanya pada lawan bicara kita, apakah kita telah berbicara cukup jelas. Apakah kita telah mengucapkan “Aku gak suka” dengan jelas, atau jangan-jangan terdengar seperti mengucapkan “Auga suka”? Bayangkan apabila kita mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang kita inginkan dan pesan tersebut tidak tersampaikan dengan baik karena artikulasi kita yang kurang baik, maka meruginya kita. Mari kita praktekkan. Coba kita rekam suara kita membacakan sebuah cerita atau pidato. Sudah jelas kah? Cara ini adalah cari paling mudah untuk mengukur sendiri kejelasan artikulasi kita. Apabila belum terlalu jelas, cobalah untuk memainkan kecepatan berbicara dan nada suara.

Selain memperjelas artikulasi, penting bagi kita untuk mendeskripsikan apa yang kita maksud. Biasakan untuk menjadi seseorang yang detail dalam menjelaskan sesuatu. Apabila kita ingin dibelikan air mineral, jelaskan secara deskriptif mengenai merk dan ukuran apa yang kita mau. Dengan mendeskripsikan, kita mempermudah orang yang kita ajak bicara sekaligus meminimalisasi kesalahan pembelian yang diakibatkan oleh komunikasi yang kurang efektif.

Selanjutnya, buatlah nyaman orang yang kita ajak bicara agar pesan kita diterima dengan baik. Saat kita menjadi komunikator, jadilah komunikator yang memiliki empati yang tinggi terhadap yang kita ajak bicara. Seorang pembicara yang baik tidak akan memberikan materi kepada audiens yang mengantuk sebelum membuat mereka merasa nyaman. Caranya bermacam-macam; bisa dengan memberikan games, gerakan unik, suara yang memotivasi, dan sebagainya. Dalam lingkup personal, senyum, kata ‘tolong’ dan terima kasih, tatapan mata, dan sebutan nama dapat membuat komunikan merasa nyaman dan lebih siap menerima apa yang akan kita bicarakan.

Dengan menjadi komunikator yang memiliki artikulasi yang jelas dan mampu mendeskripsikan pesan kita dengan baik serta ditambah dengan kemampuan membuat nyaman, kita akan mengurangi potensi miskomunikasi yang seringkali menjadi isu dalam pertukaran pesan.

Selamat mencoba menjadi komunikator yang baik!

 

Cheers,

Nabilla Kusuma Vardhani

Leave a comment

Your email address will not be published.